Beberapa waktu lalu, saya diberi kesempatan untuk membagikan pengalaman dan wawasan saya mengajar Bahasa Inggris, secara khusus tentang mengajar membaca dengan teknologi. Well, sejujurnya saya bukan ahli di bidang teaching reading maupun teaching with technology. Namun, karena saya dipercaya, berbekal pengalaman saya, saya terima tantangan dari sepupu saya.
Btw, saya diminta sepupu saya mengisi kelas mata kuliah Technology-Enhanced Language Learning di Universitas Tidar itu karena dia tahu saya suka membaca, dan saya termasuk getol memanfaatkan teknologi, termasuk dalam kelas saya.
Selain itu, bisa pas sekali, beberapa minggu sebelumnya, saya mengikuti kelas yang dibawakan oleh Kak Toar tentang AI-injected learning, dan saya mendapat bekal cukup banyak untuk sharing saya.
Saya diberi kesempatan untuk berbicara di dua pertemuan. Semula, saya diminta untuk mengisi empat pertemuan, tetapi kemudian tiga kelas yang ada digabung menjadi satu. Jadilah saya mengajar hanya di dua pertemuan. Phew.
Saya mengawali sharing saya dengan diskusi online menggunakan Padlet. Dalam diskusi pertama, saya minta mahasiswa membagikan opini dan pengalaman pribadi mereka mengenai membaca. Saya memancing diskusi dengan memberikan teks pendek mengenai kebiasaan membaca. Kemudian, teman-teman mahasiswa memberikan komentar, ataupun mengomentari pendapat teman mereka.
Selanjutnya, saya mengingatkan dan me-refresh pemahaman mahasiswa tentang prinsip-prinsip dasar dalam teaching reading. Saya mengutip apa yang ditulis Jeremy Harmer dalam bukunya. Saya juga berbagi pengalaman dalam mengajar extensive reading ketika saya dulu masih menjadi guru SMA.
Next, diskusi dengan Padlet kembali dilakukan mahasiswa, kali ini membahas bagaimana teknologi digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terkhusus dalam mengajar/belajar. Beberapa mahasiswa membagikan gambar jenis sarana teknologi yang paling bermanfaat menurut mereka.
Saya menunjukkan bagaimana beberapa riset tentang pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran berkembang dari waktu ke waktu: mulai dari tren menggunakan Internet sebagai sumber ajar dan wadah komunikasi dengan penutur asli di awal tahun 2000an, sampai dengan beberapa tren yang akhir-akhir ini sering disinggung, seperti flipped classroom atau A/VR.
Di pertemuan pertama, saya berkesempatan mengajak para mahasiswa untuk kembali berdiskusi dengan padlet, mengenai pro dan kontra penggunaan teknologi di ruang kelas. Namun, di kesempatan kedua, saya kehabisan waktu, jadi saya terpaksa melewatkan kegiatan ini.
Saya mengenalkan situs Plicker (terima kasih untuk teman baik saya yang mengenalkan situs ini), kemudian saya juga sedikit menunjukkan bagaimana mahasiswa, yang notabene adalah para calon guru, bisa memanfaatkan situs Lesson Writer dalam persiapan mengajar mereka.
Well, ketika mempersiapkan materi sharing ini, saya sendiri semula berpikir seperti apa teaching reading dengan bantuan teknologi, secara khusus Internet maupun aplikasi di handphone. Saya awalnya mencoba mencari apakah ada situs khusus yang secara instan menyediakan materi bacaan kemudian memberikan pertanyaan atau aktivitas yang dapat digunakan siswa paska kegiatan baca. Lalu, saya mengingat bahwa pemanfaatan teknologinya tidak harus 'sekaku' atau 'sepolos' itu.
Saya mengakhiri presentasi saya dengan mengingatkan para mahasiswa supaya nantinya mereka perlu menjadi guru-guru yang bertanggung jawab. Dengan bertanggung jawab, saya maksudkan bahwa, salah satunya, mereka perlu benar-benar mempersiapkan dan merancang pembelajaran dengan baik. Kegiatan diskusi dengan Padlet maupun penilaian dengan Plicker sendiri perlu benar-benar dipersiapkan. Tidak lupa, saya membagikan kutipan dari Toffler, yang diingatkan saya oleh Kak Toar di sharing-nya.
The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn. - Alvin Toffler
Semoga sharing saya ini bermanfaat.
PS: Slide untuk sharing ini bisa diakses di sini.
No comments:
Post a Comment