Sunday, April 28, 2019

Bikin Puzzle dengan Mudah!

Halo.

Setiap minggu pagi, saya ikut membantu pelayanan sekolah minggu di gereja saya. Iya. Saya mengajar anak-anak di Kelas 4. Selain mendampingi anak dan bercerita di kelas, saya juga membantu tim yang menyusun atau merancang kegiatan dalam kelas. Salah satunya, merancang kegiatan ativitas anak.

Sabtu malam beberapa waktu lalu, saya pulang cukup malam, tetapi masih ada 'pekerjaan rumah' sekolah minggu (baca: membuat termasuk mencetak lembar aktivitas) yang belum saya kerjakan. Pikir saya, karena mudah, jadi bisa mendadak. Saya berencana menyusun teka-teki silang.

Menyusun TTS itu mudah. Saya tidak menyusun dari nol: tidak perlu memikirkan bagaimana menyusun dan menyilangkan huruf-huruf dalam kata-kata jawaban yang dipakai, atau merangkai kotak-kotak untuk jawabannya nanti. Saya memanfaatkan puzzle generator yang sudah lama saya temukan ada di Internet.

Situs favorit saya untuk membuat puzzle ini adalah Discovery Education yang memberikan fasilitas Puzzlemaker, atau pembuat puzzle instan. Kamu bisa memasukkan petunjuk atau soal beserta jawaban yang tepat, kemudian dengan beberapa penyesuaian, Puzzlemaker ini akan memberikan puzzle siap pakai yang kamu inginkan.

Puzzle Maker dari Discovery Education

Puzzlemaker dari Discovery Education memberikan beberapa opsi bentuk puzzle yang kamu inginkan. Ada puzzle mencari kata (Word Search). Kemudian, ada teka-teki silang (Criss-Cross) yang sudah umum kita temukan. Kamu juga bisa mencoba Double Puzzle, yang menantang kita untuk menyusun huruf acak menjadi kata yang bermakna, kemudian menemukan pesan tersembunyi. Ada juga Cryptograms, dengan huruf yang diberi kode angka kemudian kita perlu 'menerjemahkan' pesan angka yang ada. Masih ada beberapa jenis puzzle lain yang bisa kamu coba. 

Saya sering menggunakan jenis Word Search atau Criss-Cross. Nah, untuk Word Search, terkadang perlu kebutuhan penyederhanaan susunan hurufnya, karena sering saya juga membuat untuk anak-anak yang lebih kecil.

Untuk kebutuhan ini, saya biasa memanfaatkan pembuat puzzle jenis Word Search dari situs Super Teacher Worksheets. Kamu bisa masuk ke puzzle generator-nya.

Puzzle Generator dari Super Teacher Worksheets

Di pembuat puzzle milik Super Teacher Worksheets ini, kamu bisa memilih level kesulitan puzzle-nya: basic, intermediate, dan advanced. Untuk tingkat basic dan intermediate, tidak ada kata yang ditulis terbalik (backwards). Jadi, anak-anak kecil tidak bakal terlalu kesulitan mencari kata-kata.

Sebenarnya masih ada beberapa situs lain yang menyediakan puzzle generator dan pernah saya manfaatkan serta bisa kamu eksplorasi. Coba ketik kata kunci 'puzzle maker' di mesin pencari Google, dan kamu akan menemukan banyak situs yang akan membantu kamu menciptakan puzzle.

Biasanya, setelah Puzzle Generator ini memberikan bentuk puzzle dari clues yang sudah saya susun, saya akan menyalinnya di Microsoft Word untuk kemudian saya tata dan format lagi.

Ternyata mudah, kan, membuat puzzle sendiri? Selamat bereksplorasi menciptakan puzzle!

Sunday, April 21, 2019

Sharing Pengalaman Teaching Reading with Technology

Halo!

Beberapa waktu lalu, saya diberi kesempatan untuk membagikan pengalaman dan wawasan saya mengajar Bahasa Inggris, secara khusus tentang mengajar membaca dengan teknologi. Well, sejujurnya saya bukan ahli di bidang teaching reading maupun teaching with technology. Namun, karena saya dipercaya, berbekal pengalaman saya, saya terima tantangan dari sepupu saya.

Btw, saya diminta sepupu saya mengisi kelas mata kuliah Technology-Enhanced Language Learning di Universitas Tidar itu karena dia tahu saya suka membaca, dan saya termasuk getol memanfaatkan teknologi, termasuk dalam kelas saya.

Selain itu, bisa pas sekali, beberapa minggu sebelumnya, saya mengikuti kelas yang dibawakan oleh Kak Toar tentang AI-injected learning, dan saya mendapat bekal cukup banyak untuk sharing saya.

Saya diberi kesempatan untuk berbicara di dua pertemuan. Semula, saya diminta untuk mengisi empat pertemuan, tetapi kemudian tiga kelas yang ada digabung menjadi satu. Jadilah saya mengajar hanya di dua pertemuan. Phew.

Saya mengawali sharing saya dengan diskusi online menggunakan Padlet. Dalam diskusi pertama, saya minta mahasiswa membagikan opini dan pengalaman pribadi mereka mengenai membaca. Saya memancing diskusi dengan memberikan teks pendek mengenai kebiasaan membaca. Kemudian, teman-teman mahasiswa memberikan komentar, ataupun mengomentari pendapat teman mereka.


Selanjutnya, saya mengingatkan dan me-refresh pemahaman mahasiswa tentang prinsip-prinsip dasar dalam teaching reading. Saya mengutip apa yang ditulis Jeremy Harmer dalam bukunya. Saya juga berbagi pengalaman dalam mengajar extensive reading ketika saya dulu masih menjadi guru SMA.

Next, diskusi dengan Padlet kembali dilakukan mahasiswa, kali ini membahas bagaimana teknologi digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terkhusus dalam mengajar/belajar. Beberapa mahasiswa membagikan gambar jenis sarana teknologi yang paling bermanfaat menurut mereka.


Saya menunjukkan bagaimana beberapa riset tentang pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran berkembang dari waktu ke waktu: mulai dari tren menggunakan Internet sebagai sumber ajar dan wadah komunikasi dengan penutur asli di awal tahun 2000an, sampai dengan beberapa tren yang akhir-akhir ini sering disinggung, seperti flipped classroom atau A/VR.

Di pertemuan pertama, saya berkesempatan mengajak para mahasiswa untuk kembali berdiskusi dengan padlet, mengenai pro dan kontra penggunaan teknologi di ruang kelas. Namun, di kesempatan kedua, saya kehabisan waktu, jadi saya terpaksa melewatkan kegiatan ini.


Saya mengenalkan situs Plicker (terima kasih untuk teman baik saya yang mengenalkan situs ini), kemudian saya juga sedikit menunjukkan bagaimana mahasiswa, yang notabene adalah para calon guru, bisa memanfaatkan situs Lesson Writer dalam persiapan mengajar mereka.

Well, ketika mempersiapkan materi sharing ini, saya sendiri semula berpikir seperti apa teaching reading dengan bantuan teknologi, secara khusus Internet maupun aplikasi di handphone. Saya awalnya mencoba mencari apakah ada situs khusus yang secara instan menyediakan materi bacaan kemudian memberikan pertanyaan atau aktivitas yang dapat digunakan siswa paska kegiatan baca. Lalu, saya mengingat bahwa pemanfaatan teknologinya tidak harus 'sekaku' atau 'sepolos' itu.



Saya mengakhiri presentasi saya dengan mengingatkan para mahasiswa supaya nantinya mereka perlu menjadi guru-guru yang bertanggung jawab. Dengan bertanggung jawab, saya maksudkan bahwa, salah satunya, mereka perlu benar-benar mempersiapkan dan merancang pembelajaran dengan baik. Kegiatan diskusi dengan Padlet maupun penilaian dengan Plicker sendiri perlu benar-benar dipersiapkan. Tidak lupa, saya membagikan kutipan dari Toffler, yang diingatkan saya oleh Kak Toar di sharing-nya.

The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn. - Alvin Toffler

Semoga sharing saya ini bermanfaat.

PS: Slide untuk sharing ini bisa diakses di sini.

Tuesday, April 16, 2019

Kembali Mengajar

Selama satu semester kemarin, saya kembali mengajar. Kali ini saya dipercaya mengajar di Fakultas Bahasa dan Seni, UKSW Salatiga. Dulu saya juga pernah mengajar di sana, selepas saya lulus dan di awal-awal perkuliahan magister saya.

Sebenarnya, saya menggantikan teman angkatan saya yang mengajar kelas itu. Dia diterima mengajar di tempat lain. Saya paruh waktu mengajar, bolak-balik Magelang-Salatiga dua kali seminggu.

Anyway, kelas yang saya ajar adalah Structure of Language. Isinya, pengenalan beberapa topik dan cabang linguistik, termasuk sejarah dan perkembangan bahasa, phonology dan phonetics, juga syntax. Saya perlu me-refresh pemahaman saya yang sudah bertahun-tahun lalu saya pelajari, dan saya membaca ulang beberapa buku antara lain karangan Yule; Fromkin, Rodman, & Hyams; dan Finegan.

Linguistik itu minat saya ketika kuliah dulu, dibandingkan dengan literatur. Jadi, ketika awal saya bertanya apa isi mata kuliahnya, saya cukup bersemangat. Namun, saya tahu tantangan terbesar saya mengajar itu adalah: phonology dan phonetics.

Saya tidak pernah cukup pede dengan speaking dan pronunciation saya, tetapi saya menenangkan dan meyakinkan diri dengan memahami bahwa phonology dan phonetics itu bukan speaking maupun pronunciation. Saya memantapkan diri untuk menerima tantangan itu.

Di awal pertemuan, saya dengan jujur menyampaikan ke mahasiswa saya bahwa saya lemah dalam hal percakapan. Harapan saya, mereka bisa menyampaikan dengan jujur semisal saya berbicara dalam Bahasa Inggris dengan tidak jelas, terbata-bata, atau terlalu cepat. Sepertinya sih, mahasiswa saya cukup kooperatif dengan hal itu.

Tantangan lain dalam mengajar kelas ini adalah banyaknya materi yang terkesan teoritis. Saya perlu memikirkan banyak contoh kasus dan penerapan atau pengalaman yang nyata. Di sebagian besar diskusi, hal itu mungkin. Di satu dua topik, saya sepertinya gagal

Selain itu, saya juga berusaha membuat kelas tetap menyenangkan dan tidak membosankan. Saya menggunakan Kahoot! untuk memberikan variasi kegiatan riviu materi. Mahasiswa saya cukup antusias menikmati kuis yang saya persiapkan dengan Kahoot!

Saya juga mencoba memvariasi tes yang ada dengan memberikan beberapa opsi tugas atau pertanyaan dengan poin yang berbeda yang bisa dipilih mahasiswa. Mereka bisa mengumpulkan total poin tertentu, dengan menyelesaikan tugas/pertanyaan yang berbeda, sesuai dengan pilihan mereka.

Di akhir mata kuliah, salah satu tugas para mahasiswa adalah menulis refleksi pembelajaran mereka. Saya tertarik membaca paragraf refleksi mereka, dan membalas setiap email yang masuk. Cukup mengejutkan bahwa beberapa mahasiswa senang belajar sintaks, sementara beberapa lain malahan menikmati fonetik dan fonologi. Ketika ditanya materi apa yang menantang, mereka tetap menjawab antara sintaks atau fonetik dan fonologi.

Saya juga senang membaca beberapa tulisan mahasiswa yang menceritakan bagaimana mereka mencoba mengaitkan apa yang mereka pelajari dengan pengalaman sehari-hari mereka. Atau juga, satu dua masukan dan apresiasi untuk saya yang selalu berusaha menyiapkan slide mengajar dengan maksimal, maupun menggunakan variasi permainan Kahoot! untuk mengulas materi yang sudah dibahas.

Semoga, kalau ada kesempatan lain, saya bisa mengajar mata kuliah ini kembali, tentu saja dengan perbaikan dan lebih banyak variasi kegiatan yang harapannya bisa membuat mahasiswa menikmati proses belajar dan memaknai materi yang ada.

Oh, iya, semester depan saya diberi kepercayaan untuk melanjutkan topik bahasan pengantar linguistik ini dengan mengajar mata kuliah lain yang berisi Sociolinguistics dan Semantics! It's going to be exciting!

*

PS. Kalau ada teman-teman yang membutuhkan slide mengajar saya, silakan kontak saya.

Selamat Datang

Selamat datang.

Saya Daniel Kurniawan, atau biasa dipanggil Dankur oleh teman-teman saya.

Ini adalah blog yang saya khususkan untuk berbagi pengalaman dan cerita serta ide-ide dalam mengajar.

Sejak kecil saya senang dengan dunia pendidikan, secara khusus menjadi guru. Itu adalah cita-cita saya ketika kecil dulu. Waktu saya melanjutkan kuliah S1 saya, keputusan saya jatuh pada jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Kristen Satya Wacana. Puji Tuhan, saya juga berkesempatan untuk melanjutkan studi magister saya di almamater saya, dengan mengambil jurusan manajemen pendidikan.

Semoga blog ini bisa bermanfaat untuk teman-teman sekalian, dan ikut memberi warna dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Update Singkat

Hai, Sudah beberapa bulan sejak saya terakhir menulis di blog ini, dan saya perlu sedikit bersih-bersih jaring laba-laba yang mulai nampak...